Kamis, 12 Mei 2011

Wortel, Telur, dan Bubuk Kopi

Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api. Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api. Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.
Lalu ia bertanya kepada anaknya, "Apa yang kau lihat, nak?" "Wortel, telur, dan kopi" jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras. Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya, "Apa arti semua ini, Ayah?" Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi kesulitan yang sama, perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.

Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak.

Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras.

Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut. "Kamu termasuk yang mana?," tanya ayahnya. "Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?"

Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.

Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?

Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat. Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik!

Tuhan menginginkan kita mejadi orang yang membuat semuanya indah!

"Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu." (Matius 5:14-15).

By_para pencinta kristus

sumber :



semoga artikel ini bermanfaat. sekian dan terimakasih.

Rabu, 04 Mei 2011

Karakter

Ketulusan dan kejujuran kiranya mengawal aku.
- King David -

Rasa kagum dan hormat Bruce kepada Bapak A seketika berubah tatkala Bruce mengetahui tokoh panutan itu hidup tidak benar. Berbagai perilaku dan tindakan menyimpang yang selama ini hanya terdengar sebagai kabar burung ternyata terbukti sudah kebenarannya. Bahkan, Bapak A kemudian diseret ke meja hijau karena kasus penggelapan uang.Benar kata orang bahwa ketika kita berkenalan dengan seseorang, kita akan menghormati dia karena pengetahuan, jabatan atau prestasinya. Namun seiring perjalanan waktu, hanya karakterlah yang membuat kita tetap bisa menghormatinya. Maka ketika seseorang kehilangan karakternya, bisa jadi ia akan kehilangan (hampir) segalanya.
John Luther berkata, “Karakter yang baik lebih layak dipuji daripada bakat yang luar biasa. Kebanyakan bakat adalah karunia. Karakter yang baik, sebaliknya tidak dianugerahkan kepada kita. Kita harus membangunnya keping demi keping melalui pemikiran, keputusan, keberanian dan kebulatan hati.” Singkatnya, karakter adalah pilihan hidup! Tentu komponen karakter ada begitu banyak, antara lain: kejujuran, integritas (apa yang diucapkan sama dengan yang dilakukan) dan disiplin.
Karakterlah yang membuat seseorang mendapatkan kepercayaan orang lain dan dengan demikian ia akan lebih mudah mempengaruhi orang lain. Tentu, menjadi pribadi berkarakter tidaklah mudah. Bahkan, kerap kali karakter asli seseorang baru terungkap pada masa-masa sulit. Misalnya, kalau ingin mengetahui kejujuran seseorang, berikan dia kekuasaan yang begitu besar yang dengan sangat mudah ia melakukan manipulasi. Jika ia bisa mengakhiri masa jabatannya dengan catatan bersih maka karakternya sungguh teruji. Ini sungguh bertolak belakang dengan mereka yang dulunya aktivis mahasiswa namun ketika menjabat kemudian melakukan perbuatan tercela.
Ketika masih menjadi jurnalis dulu, saya kenal seorang pejabat yang sangat bersih dan tidak mau neko-neko. Memang terkadang sikap ini membuatnya lonely memang terkadang seorang pemimpin harus bersedia lonely at the top (tentu masih banyak birokrat jujur di negeri ini, namun karena perilaku sebagian kecil oknum pejabat sering kali mencoreng wajah institusi pemerintahan). Sang pejabat ini suatu ketika disindir karena kebersihannya itu. Dengan santai ia hanya berkomentar, “Saya tidak sakit namun saya berada di tengah-tengah orang yang sakit!” Wow!
Apa yang dilakukan sang pejabat bersih ini barangkali mirip dengan ikan di lautan. Ya, ikan di lautan hidup di air asin namun ia tidak ikut-ikutan asin. Inilah yang disebut insulasi. Hidup di sebuah tempat namun tidak dipengaruhi situasi dan kondisi tempat tersebut. Namun, kalau mau jujur, seberapa banyak dari kita bisa menjadi seperti itu? Sikap memang menular. Sikap baik cepat menular namun sikap buruk jauh lebih cepat menular!